Tokoh Model Komunikasi

Seperti model pesawat terbang, model komunikasi kurang lebih adalah replika – kebanyakan sebagai model diagramatik – dari dunia nyata. Oleh karena komunikasi bersifat dinamis, sebenarnya komunikasi sulit dimodelkan. Akan tetapi, seperti disarankan di muka, penggunaan model berguna untuk mengidentifikasi unsur-unsur komunikasi dan bagaimana unsur-unsur tersebut berhubungan.
Sejauh ini terdapat ratusan model komunikasi yang telah dibuat oleh para pakar. Keakhasan suatu model komunikasi juga dipengaruhi oleh latar belakang keilmuan (pembuat) model tersebut,paradigma yang digunakan, kondisi teknoligis, dan semangat zaman yang melingkunginya. Kita akan membahas sebagian kecil saja dari sekian banyak model komunikasi tersebut, khususnya di dalam model yang sangat populer.

1.       Model Stimulus Respons
Model komunikasi paling dasar. Model ini dipengaruhi oleh disiplin psikologi, khususnya yang beraliran behavioristik. Model tersebut menggambarkan hubungan stimulus – respons.
Model ini menunjukkan komunikasi sebagai proses aksi – reaksi yang sangat sederhana. Bila seorang laki-laki berkedip kepada seorang wanita, dan wanita itu kemudian tersipu malu, atau bila saya tersenyum dan kemudian Anda membalas senyuman saya, itulah pola S – R. Jadi model S – R mengansumsikan bahwa kata-kata verbal (lisan-tulisan), isyarat-isyarat nonverbal, gambar-gambar, dan tindakan-tindakan tertentu akan merasang orang lain untuk memberikan respon dengan cara tertentu. Oleh karena itu Anda dapat menganggap proses ini sebagai pertukaran atau pemindahan informasi atau gagasan. Proses ini dapat bersifat timbal-balik dan mempunyai banyak efek. Setiap efek dapat mengubah tindakan komunikasi (Communication act) berikutnya.

2.       Model Shannon dan Weaver
Salah satu model awal komunikasi dikemukaan Claude Shannon dan Warren Weaver pada tahun 1949 dalam buku The Mathematical Theory of Communication. Model yang sering disebut model matematis atau model teori informasi itu mungkin adalah model yang pengaruhnya paling kuat atas model dan teori komunikasi lainnya. Shannon adalah seorang insinyur pada Bell Telephone dan ia berkepentingan dengan penyampaian pesan yang cermat melalui telepon. Weaver mengembangkan konsep Shannon untuk menerapkannya pada semua bentuk komunikasi.
Model Shannon dan Weaver ini menyoroti problem penyampaian pesan berdasarkan tingkat kecermatannya. Model itu melukiskan suatu sumber yang menyandi atau menciptakan pesan dan menyampaikannya melalui suatu saluran kepada seorang penerima yang menyandi – balik atau mencipta – ulang pesan tersebut. Dengan kata lain model Shannon dan Weaver mengansumsikan bahwa sumber informasi menghasilkan pesan untuk dikomunikasikan dari seperangkat pesan yang dimungkinkan. Pemancar (transmitter) mengubah pesan menjadi sinyal yang sesuai dengan saluran yang digunakan. Saluran (channel) adalah medium yang mengirimkan sinyal (tanda) dari transmitter ke penerima (receiver). Dalam percakapan sumber informasi ini adalah otak, transmitter – nya adalah mekanisme suara yang mengahislkan sinyal (kata-kata terucapkan), yang ditransisikan lewat udara (sebagai saluran). Penerima (receiver), yakni mekanisme pendengaran, melakukan operasi sebaliknya dan dilakukan transmitter dengan merekontruksi pesan dari sinyal. Sasaran (destination) adalah (otak) orang yang menjadi tujuan pesan itu.

3.      Model Schramm
Wilbur Shcramm membuat serangkai model komunikasi, dimulai dengan model komunikasi manusia yang sederhana (1954), lalu model yang lebih rumit yang memperhintungkan dua individu yang mencoba berkomunikasi, hingga ke model komunikasi yang dianggap interaksi dua individu. Model pertama mirip dengan model Shannon dan Weaver. Dalam modelnya yang kedua Schramm memperkenalkan gagasan bahwa bersamaan dalam bidang pengalaman sumber dan sasaran – lah yang sebenarnya dikomunikasikan, karena bagian sinyal itulah yang dianut sama oleh sumber dan sasaran. Model ketiga Shcramm menganggap komunikasi sebagai interaksi dengan kedua pihak yang menyandi, menafsirkan, menyandi – balik , mentransmisikan, dan menerima sinyal. Di sini kita melihat umpan balik dan lingkaran yang bereklanjutan untuk berbagai informasi.
Menurut Wilbur Shcramm, komunikasi senantiasa membutuhkan setidaknya tiga unsur: Sumber (Source), Pesan (Message), dan Sasaran (Destination). Sumber boleh jadi seorang individu (berbicara, menulis, menggambar, memberi isyarat) atau suatu organisasi komunikasi (seperti sebuah surat kabar, penerbit, stasiun televisi, atau studio film). Pesan dapat berbentuk tinta pada kertas , gelombang suara di udara, impuls dalam arus listrik, lambaian tangan, bendera di udara, atau setiap tanda yang dapat ditafsirkan. Sasarannya mungkin seorang individu yang mendengarkan, menonton, atau membaca; atau anggota suatu kelompok, seperti kelompok diskusi, khalayak pendengar ceramah, kumpulan penonton sepak bola, atau anggota khalayak media masa.
Shcramm berpendapat, meskipun dalam komunikasi lewat radio atau telepon enkode dapat berupa mikrofon atau dekoder adalah earphone, dalam komunikasi manusia, sumber dan enkoder adalah satu orang, sedangkan dekoder dan sasaran adalah seorang lainnya, dan sinyalnya adalah bahasa. Untuk menuntaskan suatu tindakan komunikasi (Communication Act) , suatu pesan harus disandi – balik.
Sumber dapat menyandi dan sasaran dapat menyandi-balik pesan, berdasarkan pengalaman yang dimilikinya masing-masing. Bila kedua lingkaran memiliki wilayah bersama yang besar, maka komunikasi mudah dilakukan. Semakin besar wilayah tersebut, semakin miriplah bidang pengalaman (field of experience) yang dimiliki kedua pihak yang berkomunikasi. Bila kedua lingkaran itu tidak bertemu kedua pihak – artinya bila tidak ada pengalaman bersama – atau komunikasi tidak mungkin berlangsung. Bila wilayah yang berimpitan itu kecil – artinya bila pengalaman sumber dan pengalama sasaran sangat jauh berbeda – maka sangat sulit untuk menyampaikan makna dari seorang pada orang lainnya.

4.     Model ABX Newcomb
Theodore Newcomb (1953) memandang komunikasi dari perspektif psikologi – sosial. Modelnya mengingatkan kita akan diagram jaringan kelompok dan dibuat oleh para psikologis sosial dan merupakan formulasi awal mengenai konsistensi kognitif. Dalam model komunikasi tersebut – yang sering juga disebut ABX atau model simetri – Newcomb menggambarkan bahwa seseorang, A, menyampaikan informasi kepada seseorang lainnya, B, mengenai sesuatu, X. Model tersebut mengasumsikan bahwa orientasi A (sikap) terhadap B dan terhadap X saling bergantung, dan ketiganya merupakan suatu sistem yang terdiri dari empat orientasi. 
1.       Orientasi A terhadap X, yang meliputi sikap terhadap X sebagai objek yang harus didekati atau dihindari dan atribut-atribut kognitif (kepercayaan dan tatanan kognitif).
2.       Orientasi A terhadap B, dalam pengertian yang sama.
3.       Orientasi B terhadap X.
4.       Orientasi B terhadap A.
Dalam model Newcomb komunikasi adalah cara lazim dan efektif yang memungkinkan orang-orang yang mengorientasikan diri terhadap lingkungan mereka. Ini adalah suatu model tindakan komunikatif dua-orang yang disengaja (intensional). Model ini mengisyaratakan bahwa setiap sistem apapun mungkin ditandai oleh keseimbangan kekuatan dan bahwa setiap perubahan dalam bagian manapun dari sitem tersebut akan menimbulkan ketegangan terhadap keseimbangan atau simetri, karena ketidakseimbangan atau kekurangan simetri secara psikologis tidak menyenangkan dan menimbulkan tekanan internal untuk memulihkan kesimbangan.
Simetri dimungkinkan karena seseorang (A) yang siap memperhitungkan perilaku seorang lainnya (B). Simetri juga mengesahklan orientasi seseorang terhadap X. Ini merupakan cara lain untuk mengatakan bahwa kita memperoleh dukungan sosial dan psikologis bagi orientasi yang kita lakunkan. Jika B yang kita hargai menilai X dengan cara yang sama seperti kita, kita cenerung lebih meyakinin orientasi kita. Maka kita pun berkomunikasi dengan orang-orang yang kita hargai mengenai objek, peristiwa, orang, dan gagasan (semuanya termasuk X) yang penting bagi kita untuk mencapai kesepakatan atau koorientasi atau, menggunakan istilah Newcomb, simetri. Asimetri merupakan bagian dari model Newcomb ketika orang “setuju atau tidak setuju.”

5.       Mobel SMCR Berlo
Model lain yang dikenal luas adalah model David K. Berlo, yang ia kemukakan pada tahun 1960. Model ini dikenal dengan model SMCR, kepanjangan dari Source (Sumber), Message (Pesan),  Channel (Saluran), dan Riceiver (Penerima). Sebagaimana dikemukakan Berlo, sumber adalah pihak yang menciptakan pesan, baik seseorang ataupun suatu kelompok. Pesan adalah terjemahan gagasan kedalam kode simbolik, seperti bahasa atau isyarat; saluran adalah medium yang membawa pesan; dan penerima adalah orang yang menjadi sasaran komunikasi.
Berlo juga menggambarkan kebutuhan penyandi (encoder) dan penyandi-balik (decoder) dalam proses komunikasi. Enkoder bertanggung jawab mengekspresikan maksud sumber dalam bentuk pesan. Dalam situasi tatap-muka, fungsi penyandian dilakukan lewat mekanisme verbal dan nonverbal. Akan tetapi, mungkin juga terdapat seorang lain yang menyandi pesan. Misalnya, Menteri Sekretaris Negara dapat berfungsi sebagai penyandi dalam konferensi pers. Senada dengan itu, penerima membuthkan penyandi-balik untuk menerjemahkan pesan yang ia terima. Dalam kebanyakan kasus, penyandi-balik adalah perangkat keterampilan indrawi penerima.
Dalam situasi tatap-muka, kelompok kecil dan komunikasi publik (pidato), saluran komunikasinya adalah udara yang menyalurkan gerlombang suara. Dalam komunikasi massa, terdapat banyak saluran: telivisi, radio, surat kabar, buku dan majalah. Model Berlo juga melukiskan beberrapa faktor pribadi yang mempengaruhi proses komunikasi, pengetahuan, sistem sosial dan lingkungan budaya sumber dan penerima
Menurut model Berlo, sumber dan penerima pesan dipengaruhi oleh faktor-faktor: ketarimpilan komunikasi, sikap, pengetahuan, sistem sosial, dan budaya. Pesan dikembangkan berdasarkan elemen, struktur, isi, perlakuan, dan kode. Salurannya berhubungan dengan panca indera: melihat, mendengar, menyentuh, membaui, dan merasai (mencicipi). Model ini lebih bersifat organisasional dari pada mendeskripsikan proses karena tidak menjelaskan umpan balik.
Salah satu kelebihan Berlo adalah bahwa model ini tidak terbatas pada komunikasi publik atau komunikasi massa, namun juga komunikasi antarpribadi dan berbagai bentuk komunikasi tertulis. Model Berlo juga bersifat heuristik (merangsang penelitian), karena merinci unsur-unsur yang penting dalam proses komunikasi. Model ini misalnya, dapat memandu Anda untuk meneliti efek keterampilan komunikasi penerima atas penerimaan pesan yang Anda kirimkan kepadanya: atau Anda sebagai pembicara mungkin mulai menyadari bahwa latar belakang sosial Anda mempengaruhi sikap penerima pesan Anda.
Model Berlo juga punya keterbatasan. Meskipun Berlo menganggap komunikasi sebagai proses, model Berlo, seperti juga model Aristoteles, menyajikan komunikasi sebagai fenomena yang statis ketimbang fenomena yang dinamis danterus berubah. Lebih jauh lagi, umpan balik yang diterima pembicara dari khalayaka jugadimasukkan dalam model grafik-nya, dan komunikasi nonverbal tidak dianggap penting dalam mempengaruhi orang lain.
Kalau kita bandingkan model Berlo ini dengan model Shannon Weaver, jelas pada pervbedaan definisi terhadap apa yang dimaksud dengan penerima (receiver) terutama bila diterapkan pada komunikasi tidak langsung, seperti komunikasi lewat telepon atau televisi. Dalam model Berlo, yang dimaksud receiver  adalah penerima pesan, yakni orang atau orang-orang (dalam komunikasi tatap-muka) atau khalak pembaca, pendengar, atau penonton (dalam komunikasi massa). Sedangkan dalam model Shannon dan Weaver, yang dimaksud dengan receiver identik dengan decoder dalam model Schramm, yakni mekanisme pendengaran dalam komunikasi langsung, atau perangkat penerimapesan, seperti pesawat telepon, pesawat radio atau pesawat televisi, yang menyalurkan pesan tersebut kepada sasaran (destination) dalam komunikasi tidak langsung.

Sumber: Mulyana, Deddy. 2008. Ilmu Komunikasi Suatu Pengantar. Bandung: Remaja Rosdakarya

0 komentar :: Tokoh Model Komunikasi

Posting Komentar