Jangan Sekali-Sekali Melupakan Sejarah

Setiap Minggu pagi, Jalan Jendral Sudirman sampai Jalan M.H. Thamrin memang dijadikan jalan yang bebas dari kendaraan umum dan pribadi. Selama sekitar empat jam, sejak pukul enam pagi hingga pukul sepuluh pagi, ruas jalan tersebut digunakan masyarakat untuk berjalan-jalan, bersepeda, bersenam, bermain skateboard maupun sekedar bercengkrama bersama keluarga serta mengabadikan momen dengan berselfie. Tempat yang paling diminati masyarakat yaitu bundaran HI. Sepanjang jalan itu terdapat beragam komunitas, ada komunitas sanggar tari dari UNJ, komunitas skateboard serta komunitas sepeda ontel salah satunya. Nah, biasanya Suto Widjoyo mampir ke situ untuk bergabung dengan komunitas sepeda ontel setiap hari Minggu.

Suto Widjoyo adalah seorang laki-laki berwajah keriput, berjenggot dan berambut panjang berwarna putih dan tubuhnya ideal, serta berpakaian seperti pejuang Indonesia pada zaman dulu. Beliau suka sekali dengan sejarah sehingga tidak mau menghilangkan nilai-nilai yang menurutnya tidak hanya bersejarah tetapi juga berharga. Ia ikut menjadi anggota di komunitas sepeda ontel sejak tahun 2004. Saking suka dengan sejarah, Widjoyo mengoleksi 15 sepeda ontel diantaranya yaitu, enam sepeda ontel berada di Jakarta dan sembilan sepeda ontel berada di kampung Jawa Timur. Sepeda ontel paling antik yaitu tahun 1926. Sepeda yang dia pakai ini diambil dari Jawa Timur. Jika Widjoyo mendapat rezeki yang lebih, dia ingin menambah koleksi sepeda ontelnya. Suto Widjoyo berharap "Semua pelajar zaman sekarang juga harus mengetahui tentang sejarah Indonesia, tidak hanya taunya mall."

Hobinya yaitu bersepeda untuk menjaga kesehatan seperti pepatah mengatakan “Mens sana in corpore sano” yang artinya "Di dalam tubuh yang kuat terdapat jiwa yang sehat,” maksud dari arti tersebut yaitu mendapatkan tubuh yang kuat dan sehat kita perlu berolahraga. Bila badan kita kuat dan sehat maka jiwa kita pun sehat. Kalau jiwa sehat, pikiran pun jernih. Tapi kalau jiwa kita sakit, pikiran jernih pun terbang, logika menghilang. Dengan kata lain, fisik dan mental yang kuat, jasmani dan rohani yang sehat, akan menghasilkan pelajar-pelajar tangguh, dan muaranya adalah sebuah bangsa yang hebat dan diperhitungkan.

Saking seringnya bersepeda, Suto Widjoyo berkeliling ke.museum-museum bersejarah di Jakarta menggunakan ontel kesayangan, terutama di Gedung Joang, Kota Tua, Museum Gajah, Museum Bahari, Museum Mandala, dan lain-lain. Komunitas ontel lain pun biasa nongkrong di tempat-tempat bersejarah tersebut.

Rencananya 10 November nanti komunitas sepeda ontel akan mengadakan gowes sepeda ontel ke Surabaya dan Mojokerto, untuk memperingati “Hari Pahlawan.” Peserta yang berangkat gowes diperkirakan sekitar 100 orang, sebagian ada yang memakai sepeda ontel sebagian juga ada yang menggunakan kendaraan pribadi.

Selain jadi anggota dari komunitas sepeda ontel, ia juga ditawarkan menjadi figuran sinetron seperti “Si Entong”, “Hinayah”, “Oke Jek”, “Senandung”, “Tukang Bubur Naik Haji”, dan masih banyak lagi. Dengan tampilan jenggot panjang nan putih, perannya bisa sebagai dukun, malaikat, guru spiritual, seorang kakek serta yang lain. Tidak hanya ditawarkan menjadi figuran sinetron di tv tetapi ia juga ditawarkan menjadi model di brosur dan iklan Matahari, Axis dan lain-lain. Suto Widjoyo pun masih menyimpan brosurnya saat ia menjadi model brosur di Axis 10 tahun yang lalu, dia benar-benar mencintai sejarah dan betapa berharganya sejarah.

Dengan tawaran-tawaran seperti itu, baginya sangat membantu menambah pundi-pundi rupiah untuk memenuhi kebutuhan keluarga. Pekerjaan asli Suto Widjoyo adalah wiraswasta, berdagang baju dan sudah mempunyai tiga anak.

0 komentar :: Jangan Sekali-Sekali Melupakan Sejarah

Posting Komentar